SISTEM
DISTRIBUSI AIR MINUM KOTA BITUNG
I.
Pendahuluan
Penyediaan air bersih sistem
perpipaan di Kota Bitung secara resmi mulai dioperasikan pada tahun 1972 dimana
pada saat itu Bitung masih berstatus kecamatan dan hingga saat ini telah
mengalami beberapa kali perubahan status. Status yang terakhir adalah sebagai
Perusahaan Daerah Air Minum Kotamadya Bitung pada tahun 1993 berdasarkan
Peraturan Daerah Kotamadya Bitung No : 27 tahun 1993. Air baku PDAM Bitung diambil
dari sumber mata air dan air permukaan. Sumber dari mata air terdapat pada tiga
kelurahan yaitu Kel. Danowudu, Kel. Kumersot dan Kel. Tendeki dimana pengaliran
ke daerah pelayanan (melalui reservoir distribusi) dialirkan secara gravitasi
sedangkan sumber air baku dari sungai disadap dari sungai Girian yang terdapat
di kelurahan Pinokalan. Sementara itu sistem pengolahan yang digunakan adalah
sistem pengolahan secara lengkap (packet treatment) pada air baku air permukaan
(sungai Girian), dengan menggunakan bahan kimia berupa aluminium sulfat
(bongkahan), soda ask (bubuk), kaporit (bubuk) dan orthotolidine (cair). Air
baku dari mata air pada umumnya mempunyai kualitas yang sangat baik sehingga
pengolahan yang digunakan hanya pengolahan sederhana.
Pemerintah daerah melalui
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Dua Sudara Kota Bitung diharapkan untuk
memberikan pelayanan terbaik. Sasaran cakupan pelayanan air bersih Kota Bitung
sampai dengan tahun 2010 adalah 50% dari jumlah penduduk. Bila dibandingkan
dengan cakupan pelayanan saat ini yaitu 45,31% atau 81.835 jiwa dengan jumlah
sambungan 11.306 dari penduduk kota sebanyak 180.618 jiwa .Dengan total
kapasitas produksi 16.091,28 m3/hari, total kebutuhan air 9.820,2 m3/hari (cakupan
pelayanan saat ini) masih memadai . Kondisi fisik unit produksi masih cukup
baik sedangkan kondisi fisik unit distribusi tidak lagi berfungsi dengan baik.
Unit produksi yang ada
terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut :
·
Bangunan penangkap air (broncaptering)
·
Bangunan sadap (intake)
·
Pipa transmisi dan Bak Pelepas Tekan (BPT)
·
Instalasi Pengolahan Air (IPA) Packet
Treatment
·
Bangunan Rumah Pompa dan Peralatan Pompa
(Khusus IPA)
·
Peralatan pembubuhan bahan kimia berupa pompa
dosing dan bak mom
·
Meter induk produksi
Menurut data PDAM Dua Sudara
Kota Bitung tahun 2009 kapasitas sumber yang ada yaitu 464,2 L/detik (jumlah
total) berasal dari :
·
Danowudu I yaitu 120 L/detik
·
Danowudu II yaitu 16,3 L/detik
·
Danowudu III yaitu 6,0 L/detik
·
Kumersot I yaitu 32,2 L/detik
·
Kumersot II yaitu 24,0 L/detik
·
Air Ujang yaitu 15,4 L/detik
·
IPA Sungai Girian yaitu 200 L/detik
·
Sumur bor Pateten 1 yaitu 8,9 L/detik
·
Tendeki 1 yaitu 4,0 L/detik
·
Tendeki 2 yaitu 29,1 L/detik
·
SPL Sagerat yaitu 8,0 L/detik
Hasil pengukuran sisa tekanan di tengah kota (Bitung Tengah) dan daerah bertopografi tinggi (Karondoran) rata-rata 10 sd. 40 mka dengan debit rata-rata 0,07 sd. 0,25 L/detik, di daerah ujung pelayanan (Tanjung Merah) sisa tekanan dibawah 10 mka dengan debit rata-rata 0,02 sd. 0,06 L/detik dan di daerah bertopografi paling tinggi (Kakenturan Satu) dibawah 0 mka dengan debit 0,002 sd. 0,004 L/detik. Peta jaringan pipa seperti pada Gambar diatas
Berdasarkan hasil simulasi Epanet untuk zona I dari 7
titik junction 85,714% memenuhi
tekanan yang disyaratkan dan dari 9 sambungan pipa
77,778% memenuhi standar kecepatan aliran, untuk zona II dari 82 titik junction
86,585% memenuhi tekanan yang
disyaratkan dan dari 95 sambungan pipa 56,842% memenuhi
standar kecepatan aliran,
untuk zona III semua titik junction memenuhi tekanan yang
disyaratkan namun dari 6
sambungan pipa hanya 16,667% memenuhi standar kecepatan
aliran
II. Zona
distribusi air
1.
Zona I : Melayani daeah Apela I dan II dan
Tewaan
2.
Zona II: Melayani daerah Bitung daratan, yang
dilayani oleh reservoar Danowudu
dengan kapasitas 1.000 m3 dan Madidir dengan kapasitas 2.750 m3.
3.
Zona III: Daerah Aer Tembaga, untuk melayani
Pulau Lembeh dari reservoar 150 m3.
Air bersih dari Kumersot I
dan II dari mata air sebagian didistribusikan langsung ke perumahan untuk melayani
daerah yang levelnya relatif tinggi yang dapat dinikmati 200 SR. Sebagian dari
air baku tersebut melalui pipa diameter 200 mm dialirkan ke reservoar Donowudu
(1.000 m3), elevasi + 90 m di atas permukaan laut setelah melalui bak pelepas
tekan (BPT). Mata air Kumersot I dengan kapasitas sumber sebesar 30 lt/dt dan
kapasitas terpasang sebesar 79 lt/dt akan menghasilkan air sebesar 20 lt/dt
serta mata air Kumersot II dengan kapasitas sumber sebesar 20 lt/dt dan
terpasang 40 lt/dt dan kapasitas produksi sebesar 14 lt/dt. Mata air Danowudu I
dengan kapasitas sumber 79 lt/dt dan kapasitas terpasang sebesar 120 lt/dt
serta kapasitas produksi sebesar 66 lt/dt. Mata air ini berada pada elevasi 184
m diatas permukaan laut, sebagian dari airnya didistribusikan ke pemukiman
terdekat ; sedangkan sisanya secara gravitasi dialirkan ke reservoir Donuwudu
setelah melalui bak pelepas tekan, sedangkan sisanya akan bergabung dengan air
baku dari mata air Danowudu II. Air dari reservoir Danowudu setelah melalui bak
pelepas tekan didistribusikan ke konsumen baik perumahan di bagian Barat Kota, Tengah
dan Timur. Sebagian dari air tersebut selanjutnya masuk ke reservoar Madidir dengan
kapasitas (2.750 m3) dengan elevasi + 44 dpl. Air dari reservoar ini sebagian
digunakan untuk melayani pelabuhan dan bertemu dengan air dari reservoar Aer
Tembaga, sedangkan sisanyamelalui booster pump digunakan untuk melayani daerah
yang memiliki elevasi relative tinggi di bagian Timur Kota. Instalasi
Pengolahan Air (IPA) di Pinokalan yang memanfaatkan sungai Girian sebagai
sumber air baku. Kapasitas sumber Sungai Girian adalah antara 500 – 1.000
lt/dt, sedang kapasitas terpasang untuk kedua IPA adalah 20 lt/dt dan kapasitas
produksi masing-masing sebesar 12 lt/dt. Saat ini telah terpasang 2 unit IPA
yang menghasilkan air sebanyak 24 lt/dt. Kedua alat ini dijalankan dengan waktu
terbatas, yaitu kurang lebih 8 jam per hari untuk menekan biaya operasional yang
cukup tinggi, baik listrik dan bahan kimia. Air dari hasil pengolahan ini sebagian
didistribusikan ke reservoar Manembo-nembo dengan pipa diameter 200 mm
sepanjang 2 km dengan pompa yang berada pada ketinggian + 95 m dpl dengan kapasitas
reservoar sebesar 450m3. Selain itu untuk meningkatkan kapasitas distribusi di
Danowudu, sebagian air dari Pinokelan dipompakan ke reservoir Danowudu melalui pipa
transmisi diameter 200 mm. Air dari reservoar Manembo-nembo selanjutnya didistribusikan
ke perumahan di kelurahan Manembo-nembo terutama yang memiliki level yang
tinggi. Berdasarkan hasil data dari Dinas Kesehatan menunjukkan bahwa 20% dari penduduk
kota yang tidak berlangganan air bersih PDAM menggunakan sumber air utama untuk
kebutuhan minum, mandi dan mencuci adalah dari sumber gali, sementara itu
hampir 50% dari sumur gali tersebut kualitasnya kurang baik menurut standar
kesehatan. Kemungkinan telah terjadinya pencemaran terhadap air tanah (sumur
gali) cenderung tinggi, hal ini kemungkinan disebabkan oleh : jarak sumur gali
ke tempat buangan air limbah yang kurang dari 10 meter atau letak sumur berdekatan
dengan saluran sanitasi yang buruk.
III.
Sistem Transmisi dan Distribusi
Pipa transmisi dan
distribusi PDAM kota Bitung terbagi dalam dua sistem pengaliran yaitu gravitasi
dan dengan menggunakan pompa / booster pump. Unit ini terdiri dari :
a)
Pipa transmisi
b)
Bak Pelepas Tekan (BPT)
c)
Reservoir Distribusi
d)
Pipa Distribusi
e)
Meter Induk Distribusi
Air bersih dari unit
produksi didistribusikan ke konsumen dengan sistem gravitasi kecuali pada
daerah-daerah ketinggian (distribusi khusus) dan ujung-ujung pipa distribusi menggunakan
booster pump. Sistem distribusi air bersih PDAM kota Bitung saat ini dibagi
dalam 6 sistem pengaliran melalui pipa Pelayanan Distribusi I s/d VI, dimana satu
sama lain saling terinterkoneksi dan dipantau / dimonitor selama 1 x 24 jam
oleh petugas (Profil dan Potensi Perusahaan PDAM Bitung).
IV.
Reservoir Distribusi
Reservoir distribusi
seluruhnya berjumlah 7 buah, masing-masing mempunyai fungsi berbeda berdasarkan
kondisi daerah pelayanan dan kontinuitas pelayanan. Fungsi reservoir yang ada
pada saat ini pertama sebagai reservoir balancing untuk mengatasi fluktuasi
pemakaian selama 24 jam, kedua sebagai reservoir distributor saja dimana suplai
airnya melalui pompa transmisi atau booster pump khusus untuk daerah pelayanan
dengan penjadwalan pengaliran.
V.
Cakupan Pelayanan
Kota Bitung secara
adminsitratif mempunyai 4 kecamatan terdiri dari 44 kelurahan, meliputi
kecamatan Bitung Timur, 9 kelurahan, kecamatan Bitung Tengah 14 kelurahan,
kecamatan Bitung Utara 11 kelurahan dan kecamatan Bitung Selatan (Pulau Lembeh)
10 Kelurahan. Daerah-daerah yang terjangkau oleh jaringan distribusi PDAM
Bitung saat ini, kecamatan Bitung Timur 6 kelurahan, kecamatan Bitung Tengah 13
kelurahan, kecamatan Bitung Utara 8 kelurahan, kecamatan Bitung Selatan (P.
Lembeh) 4 kelurahan (melalui pipa bawah laut).
VI.
Konsumsi air
Untuk pelanggan domestik
lainnya (HU/MCK) berdasarkan penggunaan air yang tercatat pada bulan Desember
2009 kebutuhan air adalah 13,360 L/orang/hari, jumlah ini juga lebih sedikit
dari parameter pemakaian air untuk HU [8]. Perbedaan jumlah kebutuhan air
domestik ini disebabkan kecenderungan masyarakat pelanggan yang juga
menggunakan sumber air lain.
Kebutuhan air non domestik
diperhitungkan berdasarkan rata-rata penggunaan air yang tercatat pada bulan
Nopember dan Desember 2009 serta data tipikal unit konsumsi seperti Tabel berikut
VII.
Kehilangan Air
Jumlah total kapasitas
terpasang yaitu 454 L/detik, kapasitas produksi terdiri dari sistem gravitasi
165,2 L/detik, sistem pompa 50,5 L/detik dan kapasitas distribusi terdiri dari
sistem gravitasi 157,2 L/detik, sistem pompa 51,1 L/detik. Dengan total
kapasitas produksi 16.091,28 m3/hari, total kebutuhan air 9.820,2 m3/hari
(cakupan pelayanan saat ini) masih memadai. Kondisi fisik unit produksi masih
cukup baik, sedangkan kondisi fisik unit distribusi tidak lagi berfungsi dengan
baik sehingga konsumen mengeluh karena PDAM tersebut dinilai tidak memberikan
pelayanan terbaik kepada para pelanggan.
Berdasarkan data PDAM Dua
Sudara Kota Bitung tahun 2009 diketahui bahwa total hasil produksi air 482.738,4
m3/bulan dan total hasil yang didistribusikan 429.491,76 m3/bulan sedangkan
total kebocoran fisik dan kehilangan air 191.343,06 m3/bulan, dengan demikian
tingkat kehilangan air mencapai 44,55% dan kebocoran merupakan pemberi
kontribusi kehilangan air terbesar. Dibandingkan tingkat kehilangan air yang
ditolerir yaitu 20% maka tingkat kehilangan air PDAM Dua Sudara Kota Bitung
cukup tinggi. Kebocoran air menyebabkan tekanan air pada pipa distribusi
berkurang sehingga tidak mampu mendistribusikan air secara merata ke seluruh
wilayah pelayanan.
VIII.
Kesimpulan
1.Kebocoran air menyebabkan
tekanan air pada pipa distribusi berkurang sehingga tidak mampu
mendistribusikan air secara merata ke seluruh wilayah pelayanan.
2. Jaringan pipa transmisi
dan distribusi sudah melebihi umur ekonomis karena sudah lebih dari 30 tahun
(dipasang sejak tahun 1966). Idealnya umur pipa yang sudah lebih dari 30 tahun
harus dilakukan revitalisasi/penggantian, agar dapat menekan tingkat kehilangan
tekanan dan kebocoran sampai dengan 20%.
3. Pada musim kemarau
panjang mengalami kekurangan suplai air. Padahal permintaan terhadap air tetap
tak berkurang, malah akan terus bertambah seiring dengan pertumbuhan penduduk. Hal
ini disebabkan debit sumber menurun dan tingkat kehilangan air yang cukup
tinggi. Akibatnya kebutuhan pelayanan tidak terpenuhi secara maksimal, karena
harus dilakukan secara bergilir pada masing-masing blok pelayanan. Idealnya
distribusi air dilakukan secara kontinyu.
4. Setelah pelebaran jalan
letak jaringan pipa transmisi dan distribusi, serta katup/gate valve sudah
masuk bagian badan jalan. Hal ini mengakibatkan penanggulangan kebocoran
memakan waktu yang lama. Idealnya letak jaringan pipa tersebut harus berada
diluar drainase, samping kiri atau kanan jalan dan ditanam, sesuai syarat dan
spesifikasi pemasangan pipa. Mengingat saat ini sistem pelayanan PDAM Dua
Sudara Kota Bitung kemampuannya mulai mengalami penurunan, maka untuk mengejar
cakupan pelayanan 56% sampai dengan tahun 2015 perlu dilakukan analisis dan
evaluasi kondisi eksisting sistem pipa transmisi/distribusi.
Cheers,
Fanno
Tidak ada komentar:
Posting Komentar