Pengolahan Air Limbah
1. Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman (real
estate), rumah makan (restauran), perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama;
2. Baku mutu air limbah domestik adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan atau jumlah
unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah domestik yang akan dibuang
atau dilepas ke air permukaan;
3. Pengolahan air limbah domestik terpadu adalah sistem pengolahan air limbah yang dilakukan
secara bersama-sama (kolektif) sebelum dibuang ke air permukaan;
estate), rumah makan (restauran), perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama;
2. Baku mutu air limbah domestik adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan atau jumlah
unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah domestik yang akan dibuang
atau dilepas ke air permukaan;
3. Pengolahan air limbah domestik terpadu adalah sistem pengolahan air limbah yang dilakukan
secara bersama-sama (kolektif) sebelum dibuang ke air permukaan;
Air limbah merupakan salah satu
sumber pencemaran lingkungan yang sangat potensial. Oleh karena itu air limbah
tersebut perlu diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran umum. Masalah
yang sering muncul dalam hal pengelolaan limbah adalah terbatasnya dana yang
ada untuk membangun fasilitas pengolahan limbah serta operasinya. Untuk
mengatasi hal tersebut maka perlu dikembangkan teknologi pengolahan air limbah yang
mura.. Selain itu perlu menyebar-luaskan informasi teknologi khususnya untuk
pengolahan air limbah, sehingga dalam memilih teknologi mendapatkan hasil yang
optimal.
sesuai dengan keputusan Menteri lingkungan hidup RI nomor 112 Tahun 2003 tentang baku mutu air limbah yaitu :
BAKU MUTU AIR LIMBAH DOMESTIK
Parameter Satuan Kadar MaksimumpH - 6 - 9
BOD mg/l 100
TSS mg/l 100
Minyak dan Lemak mg/l 10
maka setiap air limbah yang keluar kelingkungan harus sesuai dengan parameter diatas.untuk itu,berikut beberapa teknologi murah untuk mendukung pemenuhan parameter air limbah yang keluar kelingkungan karena aktivitas rumah tangga ataupun perusahaan atau rumah sakit.
pembahasan ini tentang beberapa
teknologi pengolahan air limbah secara biologis yang sesuai untuk pengolahan
air limbah. Di dalam pemilihan teknologi pengolahan air limbah tersebut
beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain yakni jumlah air limbah yang
akan diolah, kualitas air limbah dan kualitas air olahan yang diharapkan,
kemudahan dalam hal pengelolaan dan perawatan, ketersediaan lahan dan sumber
energi, serta ketersediaan dana yang ada. Salah satu cara pengolahan air limbah
yang murah, sederhana dan hemat energi adalah proses pengolahan dengan sistem
biofilter anaerob-aerob. Dengan sistem kombinasi biofilter
"Anaerob-Aerob" diperoleh hasil air olahan yang cukup baik, serta
proses pengolahannya sangat stabil walaupun konsentrasi maupun debit air limbah
berfluktuasi.
Sejalan dengan perkembangan
penduduk yang sangat pesat, yang dulunya jauh dari daerah pemukiman penduduk
tersebut sekarang umumnya telah berubah dan berada di tengah pemukiman penduduk
yang cukup padat, sehingga masalah pencemaran akibat limbah baik limbah padat atau limbah cair sering
menjadi pencetus konflik dan masalah lingkungan.
Untuk pengolahan air limbah dengan
kapasitas yang besar, umumnya menggunakan teknlogi pengolahan air limbah
"Lumpur Aktif" atau Activated Sludge Process, tetapi untuk kapasitas
kecil cara tersebut kurang ekonmis karena biaya operasinya cukup besar. Untuk
mengatasi hal tersebut, perlu menyebarluaskan informasi teknologi khususya
teknologi pengolahan air limbah berserta aspek pemilihan teknologi serta
keunggulan dan kekurangannya. Dengan adanya informasi yang jelas, maka pihak penghasil
limbah dapat memilih teknologi pengolahan limbah yang sesuai dengan kodisi
maupun jumlah air limbah yang akan diolah, yang layak secara teknis, ekonomis
dan memenuhi standar lingkungan. mengembangkan teknologi pengolahan air limbah,
Teknologi pengolahan air limbah dengan sistem biofilter anaerob-aerob sangat
cocok digunakan untuk mengolah air limbah dengan skala kecil sampai skala
besar, tahan terhadap perubahan beban hidrolik maupun beban organik, dan biaya
opersinya sangat murah.
I. Teknologi Pengolahan Air Limbah Dengan
Sistem Biofilter Anaerob-Aerob
Untuk mengolah air yang
mengandung senyawa organik umumnya menggunakan teknologi pengolahan air limbah
secara biologis atau gabungan antara proses biologis dengan proses
kimia-fisika. Proses secara biologis tersebut dapat dilakukan pada kondisi
aerobik (dengan udara), kondisi anaerobik (tanpa udara) atau kombinasi
anaerobik dan aerobik.Proses biologis aeorobik biasanya digunakan untuk
pengolahan air limbah dengan beban BOD yang tidak terlalu besar, sedangkan
proses biologis anaerobik digunakan untuk pengolahan air limbah dengan beban
BOD yang sangat tinggi.
Pengolahan air limbah secara
biologis aerobik secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga yakni proses
biologis dengan biakan tersuspensi (suspended culture), proses biologis dengan
biakan melekat (attached culture) dan proses pengolahan dengan sistem lagoon
atau kolam. Proses biologis dengan biakan tersuspensi adalah sistem pengolahan
dengan menggunakan aktifitas mikro-organisme untuk menguraikan senyawa polutan
yang ada dalam air dan mikro-organime yang digunakan dibiakkan secara
tersuspesi di dalam suatu reaktor. Beberapa contoh proses pengolahan dengan
sistem ini antara lain : proses lumpur aktif standar/konvesional (standard
activated sludge), step aeration, contact stabilization, extended aeration,
oxidation ditch (kolam oksidasi sistem parit) dan lainya.
Proses biologis dengan biakan
melekat yakni proses pengolahan limbah dimana mikro-organisme yang digunakan
dibiakkan pada suatu media sehingga mikroorganisme tersebut melekat pada
permukaan media. Beberapa contoh teknologi pengolahan air limbah dengan cara
ini antara lain: trickling filter atau biofilter, rotating biological contactor
(RBC), contact aeration/oxidation (aerasi kontak) dan lainnnya. Proses
pengolahan air limbah secara biologis dengan lagoon atau kolam adalah dengan
menampung air limbah pada suatu kolam yang luas dengan waktu tinggal yang cukup
lama sehingga dengan aktifitas mikro-organisme yang tumbuh secara alami,
senyawa polutan yang ada dalam air akan terurai.
Untuk mempercepat proses penguraian
senyawa polutan atau memperpendek waktu tinggal dapat juga dilakukam proses
aerasi. Salah satu contoh proses pengolahan air limbah dengan cara ini adalah
kolam aerasi atau kolam stabilisasi (stabilization pond). Proses dengan sistem
lagoon tersebut kadang-kadang dikategorikan sebagai proses biologis dengan
biakan tersuspensi.
Secara garis besar klasifikasi
proses pengolahan air limbah secara aerobik dapat dilihat seperti pada gambar
2, sedangkan karakteristik pengolahan, parameter perencanaan serta efisiensi
pengolahan untuk tiap tiap jenis proses dapat dilihat pada tabel 2, dan tabel
3. Untuk memilih jenis teknologi atau proses yang akan digunakan untuk
pengolahan air limbah, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain :
karakteristik air limbah, jumlah limbah serta standar kualitas air olahan yang
diharapkan.
Teknologi proses pengolahan air
limbah yang digunakan untuk mengolah air limbah rumah sakit pada dasarnya
hampir Sama dengan teknologi proses pengolahan untuk air limbah yang mengandung
polutan organik lainnya. Pemilihan jenis proses yang digunakan harus
memperhatikan bebrapa faktor antara lain yakni kualitas limbah dan kualitas air
hasil olahan yang diharapkan, jumlah air limbah, lahan yang tersedia dan yang
tak kalah penting yakni sumber energi yang tersedia.
Berapa teknologi proses pengolahan
air limbah yang sering digunakan yakni antara lain: proses lumpur
aktif (activated sludge process), reaktor putar biologis (rotating biological
contactor, RBC), proses aerasi kontak (contact aeration process), proses
pengolahan dengan biofilter "Up Flow", serta proses pengolahan dengan
sistem "biofilter anaerob-aerob".
Gambar 2 : Klasifikasi proses
pengolahan air limbah secara biologis aerobik.
II. Pengolahan air limbah dengan proses lumpur
aktif
secara umum terdiri dari bak
pengendap awal, bak aerasi dan bak pengendap akhir, serta bak khlorinasi untuk
membunuh bakteri patogen. Secara umum proses pengolahannya adalah sebagai
berikut. Air limbah yang berasal dari rumah atau gudang,ditampung ke dalam bak penampung
air limbah. Bak penampung ini berfungsi sebagai bak pengatur debit air limbah
serta dilengkapi dengan saringan kasar untuk memisahkan kotoran yang besar.
Kemudian, air limbah dalam bak penampung di pompa ke bak pengendap awal. Bak
pengendap awal berfungsi untuk menurunkan padatan tersuspensi (Suspended
Solids) sekitar 30 - 40 %, serta BOD sekitar 25 % . Air limpasan dari bak
pengendap awal dialirkan ke bak aerasi secara gravitasi. Di dalam bak aerasi
ini air limbah dihembus dengan udara sehingga mikro organisme yang ada akan
menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah. Energi yang didapatkan dari
hasil penguraian zat organik tersebut digunakan oleh mikrorganisme untuk proses
pertumbuhannya. Dengan demikian didalam bak aerasi tersebut akan tumbuh dan
berkembang biomasa dalam jumlah yang besar. Biomasa atau mikroorganisme inilah
yang akan menguaraikan senyawa polutan yang ada di dalam air limbah.
Dari bak aerasi, air dialirkan ke
bak pengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur aktif yang mengandung massa
mikro-organisme diendapkan dan dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi
dengan pompa sirkulasi lumpur. Air limpasan(over flow) dari bak pengendap akhir
dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah
dikontakkan dengan senyawa khlor untuk membunuh micro-organisme patogen. Air
olahan, yakni air yang keluar setelah proses khlorinasi dapat langsung dibuang
ke sungai atau saluran umum. Surplus lumpur dari bak pengendap awal
maupun akhir ditampung ke dalam bak pengering lumpur, sedangkan air resapannya
ditampung kembali di bak penampung air limbah. Keunggulan proses lumpur aktif
ini adalah dapat mengolah air limbah dengan beban BOD yang besar, sehingga
tidak memerlukan tempat yang besar. Proses ini cocok digunakan untuk mengolah
air limbah dalam jumlah yang besar. Sedangkan beberapa kelemahannya antara lain
yakni kemungkinan dapat terjadi bulking pada lumpur aktifnya, terjadi buih,
serta jumlah lumpur yang dihasilkan cukup besar.
Gambar III.2: Diagram proses pengolahan air limbah dengan proses lumpur
aktif
III. Pengolahan air limbah Reaktor biologis putar
(rotating biological contactor)
disingkat RBC adalah salah satu
teknologi pengolahan air limbah yang mengandung polutan organik yang tinggi
secara biologis dengan sistem biakan melekat (attached culture). Prinsip kerja
pengolahan air limbah dengan RBC yakni air limbah yang mengandung polutan
organik dikontakkan dengan lapisan mikro-organisme (microbial film) yang
melekat pada permukaan media di dalam suatu reaktor.
Media tempat melekatnya film
biologis ini berupa piringan (disk) dari bahan polimer atau plastik yang ringan
dan disusun dari berjajar-jajar pada suatu poros sehingga membentuk suatu modul
atau paket, selanjutnya modul tersebut diputar secara pelan dalam keadaan
tercelup sebagian ke dalam air limbah yang mengalir secara kontinyu ke dalam
reaktor tersebut.
Dengan cara seperti ini
mikro-organisme miaslanya bakteri, alga, protozoa, fungi, dan lainnya tumbuh
melekat pada permukaan media yang berputar tersebut membentuk suatu lapisan
yang terdiri dari mikro-organisme yang disebut biofilm (lapisan biologis).
Mikro-organisme akan menguraikan atau mengambil senyawa organik yang ada dalam
air serta mengambil oksigen yang larut dalam air atau dari udara untuk proses
metabolismenya, sehingga kandungan senyawa organik dalam air limbah berkurang.
Pada saat biofilm yang melekat pada
media yang berupa piringan tipis tersebut tercelup kedalam air limbah,
mikro-organisme menyerap senyawa organik yang ada dalam air limbah yang
mengalir pada permukaan biofilm, dan pada saat biofilm berada di atas permuaan
air, mikro-organisme menyerap okigen dari udara atau oksigen yang terlarut
dalam air untuk menguraikan senyawa organik. Enegi hasil penguraian senyawa
organik tersebut digunakan oleh mikro-organisme untuk proses perkembang-biakan
atau metabolisme.
Senyawa hasil proses metabolisme
mikro-organisme tersebut akan keluar dari biofilm dan terbawa oleh aliran air
atau yang berupa gas akan tersebar ke udara melalui rongga-rongga yang ada pada
mediumnya, sedangkan untuk padatan tersuspensi (SS) akan tertahan pada pada
permukaan lapisan biologis (biofilm) dan akan terurai menjadi bentuk yang larut
dalam air.
Pertumbuhan mikro-organisme atau
biofilm tersebut makin lama semakin tebal, sampai akhirnya karena gaya beratnya
sebagian akan mengelupas dari mediumnya dan terbawa aliran air keluar.
Selanjutnya, mikro-organisme pada permukaan medium akan tumbuh lagi dengan
sedirinya hingga terjadi kesetimbangan sesuai dengan kandungan senyawa organik
yang ada dalam air limbah. Secara sederhana proses penguraian senyawa organik
oleh mikro-organisme di dalam RBC dapat digambarkan seperti pada gambar III.3.
Keunggulan dari sistem RBC yakni
proses operasi maupun konstruksinya sederhana, kebutuhan energi relatif lebih
kecil, tidak memerlukan udara dalam jumlah yang besar, lumpur yang terjadi
relatf kecil dibandingkan dengan proses lumpur aktif, serta relatif tidak
menimbulkan buih. Sedangkan kekurangan dari sistem RBC yakni sensitif terhadap
temperature.
Gambar III.3 : Mekanisme proses penguraian senyawa organik
oleh mikro-organisme di dalam RBC Proses Pengolahan
Secara garis besar proses pengolahan
air limbah dengan sistem RBC terdiri dari bak pemisah pasir, bak pengendap
awal, bak kontrol aliran, reaktor/kontaktor biologis putar (RBC), Bak pengendap
akhir, bak khlorinasi, serta unit pengolahan lumpur. Diagram proses pengolahan
air limbah dengan sistem RBC adalah seperti pada gambar III.4.
Gambar III.4 :
Diagram proses pengolahan air limbah dengan sistem RBC.
Bak Pemisah Pasir
Air limbah dialirkan dengan tenang ke dalam bak
pemisah pasir, sehingga kotoran yang berupa pasir atau lumpur kasar dapat
diendapkan. Sedangkan kotoran yang mengambang misalnya sampah, plastik, sampah
kain dan lainnya tertahan pada sarangan (screen) yang dipasang pada inlet kolam
pemisah pasir tersebut.
Bak Pengendap Awal
Dari bak pemisah/pengendap
pasir, air limbah dialirkan ke bak pengedap awal. Di dalam bak pengendap awal
ini lumpur atau padatan tersuspensi sebagian besar mengendap. Waktu tinggal di
dalam bak pengedap awal adalah 2 - 4 jam, dan lumpur yang telah mengendap
dikumpulkan daan dipompa ke bak pengendapan lumpur.
Bak Kontrol Aliran
Jika debit aliran air limbah
melebihi kapasitas perencanaan, kelebihan debit air limbah tersebut dialirkan
ke bak kontrol aliran untuk disimpan sementara. Pada waktu debit aliran turun /
kecil, maka air limbah yang ada di dalam bak kontrol dipompa ke bak pengendap
awal bersama-sama air limbah yang baru sesuai dengan debit yang diinginkan.
Kontaktor (reaktor) Biologis Putar
Di dalam bak kontaktor ini, media berupa
piringan (disk) tipis dari bahan polimer atau plastik dengan jumlah banyak,
yang dilekatkan atau dirakit pada suatu poros, diputar secara pelan dalam
keadaan tercelup sebagian ke dalam air limbah. Waktu tinggal di dalam bak
kontaktor kira-kira 2,5 jam. Dalam kondisi demikian, mikro-organisme akan
tumbuh pada permukaan media yang berputar tersebut, membentuk suatu lapisan
(film) biologis. Film biologis tersebut terdiri dari berbagai jenis/spicies
mikro-organisme misalnya bakteri, protozoa, fungi, dan lainnya. Mikro-organisme
yang tumbuh pada permukaan media inilah yang akan menguraikan senaywa organik
yang ada di dalam air limbah. Lapsian biologis tersebut makin lama makin tebal
dan kerena gaya beratnya akan mengelupas dengan sedirinya dan lumpur orgnaik tersebut
akan terbawa aliran air keluar. Selanjutnya laisan biologis akan tumbuh dan
berkembang lagi pada permukaan media dengan sendirinya.
Bak Pengendap Akhir
Air limbah yang keluar dari
bak kontaktor (reaktor) selanjutnya dialirkan ke bak pengendap akhir, dengan
waktu pengendapan sekitar 3 jam. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif,
lumpur yang berasal dari RBC lebih mudah mengendap, karena ukurannya lebih
besar dan lebih berat. Air limpasan (over flow) dari bak pengendap akhir
relaitif sudah jernih, selanjutnya dialirkan ke bak khlorinasi. Sedangkan
lumpur yang mengendap di dasar bak di pompa ke bak pemekat lumpur bersama-sama
dengan lumpur yang berasal dari bak pengendap awal.
Bak Khlorinasi
Air olahan atau air limpasan dari bak
pengendap akhir masih mengandung bakteri coli, bakteri patogen, atau virus yang
sangat berpotensi menginfeksi ke masyarakat sekitarnya. Untuk mengatasi hal
tersebut, air limbah yang keluar dari bak pengendap akhir dialirkan ke bak
khlorinasi untuk membunuh mikro-organisme patogen yang ada dalam air. Di dalam
bak khlorinasi, air limbah dibubuhi dengan senyawa khlorine dengan dosis dan
waktu kontak tertentu sehingga seluruh mikro-orgnisme patogennya dapat di
matikan. Selanjutnya dari bak khlorinasi air limbah sudah boleh dibuang ke
badan air.
Bak Pemekat Lumpur
Lumpur yang berasal dari bak pengendap awal
maupun bak pengendap akhir dikumpulkan di bak pemekat lumpur. Di dalam bak
tersebut lumpur di aduk secara pelan kemudian di pekatkan dengan cara didiamkan
sekitar 25 jam sehingga lumpurnya mengendap, selanjutnya air supernatant yang
ada pada bagian atas dialirkan ke bak pengendap awal, sedangkan lumpur yang
telah pekat dipompa ke bak pengering lumpur atau ditampung pada bak tersendiri
dan secara periodik dikirim ke pusat pengolahan lumpur di tempat lain.
Beberapa keunggulan proses pengolahan air limbah denga
sistem RBC antara lain:
·
Pengoperasian alat serta perawatannya mudah.
·
Untuk kapasitas kecil / paket, dibandingkan
dengan proses lumpur aktif konsumsi energi lebih rendah.
·
Dapat dipasang beberapa tahap (multi stage),
sehingga tahan terhadap fluktuasi beban pengoalahan.
·
Reaksi nitrifikasi lebih mudah terjadi, sehingga
efisiensi penghilangan ammonium lebih besar.
·
Tidak terjadi bulking ataupun buih (foam) seperti
pada proses lumpur aktif.
Sedangkan beberapa kelemahan dari proses pengolahan air
limbah dengan sistem RBC antara lain yakni
·
Pengontrolan jumlah mikro-organisme sulit
dilakukan.
·
Sensitif terhadap perubahan temperatur.
·
Kadang-kadang konsentrasi BOD air olahan masih
tinggi.
·
Dapat menimbulkan pertumbuhan cacing rambut,
serta kadang-kadang timbul bau yang kurang sedap.
IV. Pengolahan Air Limbah
Dengan Proses Aerasi Kontak
Proses ini merupakan pengembangan
dari proses lumpur aktif dan proses biofilter. Pengolahan air limbah dengan
proses aerasi kontak ini terdiri dari dua bagian yakni pengolahan primer dan
pengolahan sekunder.
Pengolahan Primer
Pada pengolahan primer ini, air
limbah dialirkan melalui saringan kasar (bar screen) untuk menyaring sampah yang
berukuran besar seperti sampah daun, kertas, plastik dll. Setelah melalui
screen air limbah dialirkan ke bak pengendap awal, untuk mengendapkan partikel
lumpur, pasir dan kotoran lainnya. Selain sebagai bak pengendapan, juga
berfungasi sebagai bak pengontrol aliran.
Pengolahan sekunder
Proses pengolahan sekunder ini
terdiri dari bak kontaktor anaerob (anoxic) dan bak kontaktor aerob. Air
limpasan dari bak pengendap awal dipompa dan dialirkan ke bak penenang,
kemudian dari bak penenang air limbah mengalir ke bak kontaktor anaerob dengan
arah aliran dari bawah ke atas (Up Flow). Di dalam bak kontaktor anaerob
tersebut diisi dengan media dari bahan plastik atau kerikil/batu split. Jumlah
bak kontaktor anaerob ini bisa dibuat lebih dari satu sesuai dengan kualitas
dan jumlah air baku yang akan diolah. Air limpasan dari bak kontaktor anaerob
dialirkan ke bak aerasi. Di dalam bak aerasi ini diisi dengan media dari bahan
pasltik (polyethylene), batu apung atau bahan serat, sambil diaerasi atau dihembus
dengan udara sehingga mikro organisme yang ada akan menguraikan zat organik
yang ada dalam air limbah serta tumbuh dan menempel pada permukaan media.
Dengan demikian air limbah akan kontak dengan mikro-orgainisme yang tersuspensi
dalam air maupun yang menempel pada permukaan media yang mana hal tersebut
dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat organik. Proses ini sering di
namakan Aerasi Kontak (Contact Aeration).
Dari bak aerasi, air dialirkan
ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur aktif yang mengandung massa
mikroorganisme diendapkan dan dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan
pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air limpasan (over flow) dialirkan ke bak
khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan dengan
senyawa khlor untuk membunuh micro-organisme patogen.
Air olahan, yakni air yang
keluar setelah proses khlorinasi dapat langsung dibuang ke sungai atau saluran
umum. Dengan kombinasi proses anaerob dan aerob tersebut selain dapat
menurunkan zat organik (BOD, COD), cara ini dapat menurunkan konsentrasi
nutrient (nitrogen) yang ada dalam air limbah. Dengan proses ini air limbah
rumah sakit dengan konsentrasi BOD 250 -300 mg/lt dapat di turunkan kadar BOD
nya menjadi 20 -30 mg/lt. Skema proses pengolahan air limbah rumah sakit dengan
sistem aerasi kontak dapat dilihat pada gambar III.5. Surplus lumpur dari bak
pengendap awal maupun akhir ditampung ke dalam bak pengering lumpur, sedangkan
air resapannya ditampung kembali di bak penampung air limbah.
Gambar III.5:
Diagram proses pengolahan air limbah dengan proses aerasi kontak.
Keunggulan Proses Aerasi Kontak
·
Pengelolaannya sangat mudah.
·
Biaya operasinya rendah.
·
Dibandingkan dengan proses lumpur aktif, Lumpur
yang dihasilkan relatif sedikit.
·
Dapat menghilangkan nitrogen dan phospor yang
dapat menyebabkan euthropikasi.
·
Suplai udara untuk aerasi relatif kecil.
·
Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban
BOD yang cukup besar.
V. Pengolahan Air Limbah Dengan
Proses Biofilter "Up Flow"
Proses pengolahan air limbah dengan
biofilter "up flow" ini terdiri dari bak pengendap, ditambah dengan
beberapa bak biofilter yang diisi dengan media kerikil atau batu pecah, plastik
atau media lain. Penguraian zat-zat organik yang ada dalam air limbah dilakukan
oleh bakteri anaerobik atau facultatif aerobik Bak pengendap terdiri atas 2
ruangan, yang pertama berfungsi sebagai bak pengendap pertama, sludge digestion
(pengurai lumpur) dan penampung lumpur sedangkan ruang kedua berfungsi sebagai
pengendap kedua dan penampung lumpur yang tidak terendapkan di bak pertama, dan
air luapan dari bak pengendap dialirkan ke media filter dengan arah aliran dari
bawah ke atas.
Setelah beberapa hari operasi, pada
permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikro-organisme.
Mikro-organisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum sempat
terurai pada bak pengendap. Air luapan dari biofilter kemudian dibubuhi dengan
khlorine atau kaporit untuk membunuh mikroorganisme patogen, kemudian dibuang
langsung ke sungai atau saluran umum. Skema proses pengolahan air limbah dengan
biofilter "Up Flow" dapat dilihat seperti terlihat dalam Gambar
III.6.
Biofilter "Up Flow" ini
mempunyai 2 fungsi yang menguntungkan dalam proses pengolahan air buangan yakni
antara lain :
Adanya air buangan yang melalui media
kerikil yang terdapat pada biofilter lama kelamaan mengakibatkan timbulnya
lapisan lendir yang menyelimuti kerikil atau yang disebut juga biological film.
Air limbah yang masih mengandung zat organik yang belum teruraikan pada bak
pengendap bila melalui lapisan lendir ini akan mengalami proses penguraian
secara biologis. Efisiensi biofilter tergantung dari luas kontak antara air
limbah dengan mikro-organisme yang menempel pada permukaan media filter
tersebut. Makin luas bidang kontaknya maka efisiensi penurunan konsentrasi zat
organiknya (BOD) makin besar. Selain menghilangkan atau mengurangi konsentrasi
BOD cara ini dapat juga mengurangi konsentrasi padatan tersuspensi atau
suspended solids (SS) dan konsentrasi total nitrogen dan posphor.
Biofilter juga berfungsi sebagai media
penyaring air limbah yang melalui media ini. Sebagai akibatnya, air limbah yang
mengandung suspended solids dan bakteri E.coli setelah melalui filter ini akan
berkurang konsentrasinya. Efesiensi penyaringan akan sangat besar karena dengan
adanya biofilter up flow yakni penyaringan dengan sistem aliran dari bawah ke
atas akan mengurangi kecepatan partikel yang terdapat pada air buangan dan
partikel yang tidak terbawa aliran ke atas akan mengendapkan di dasar bak
filter. Sistem biofilter Up Flow ini sangat sederhana, operasinya mudah dan
tanpa memakai bahan kimia serta tanpa membutuhkan energi. Poses ini cocok
digunakan untuk mengolah air limbah dengan kapasitas yang tidak terlalu besar.
Gambar III.6. : Diagram proses
pengolahan air limbah dengan sisten biofilter "Up Flow".
Kriteria Perencanaan Bak Pengendap
·
Bahan bangunan harus kuat terhadap tekanan atau
gaya berat yang mungkin timbul dan harus tahan terhadap asam serta harus kedap
air.
·
Jumlah ruangan disarankan minimal 2 (dua) buah.
·
Waktu tinggal (residence time) 1s/d 3 hari.
·
Bentuk Tangki empat persegi panjang dengan
perbandingan panjang dan lebar 2 s/d 3 : 1.
·
Lebar Bak minimal 0,75 meter dan panjang bak
minimal 1,5 meter.
·
Kedalaman air efektif 1-2 meter, tinggi ruang
bebas air 0,2-0,4 meter dan tinggi ruang
·
Untuk penyimpanan lumpur 1/3 dari kedalaman air
efektif (laju produksi lumpur sekitar 0,03 - 0,04 M3/orang /tahun ).
·
Dasar bak dapat dibuat horizontal atau dengan
kemiringan tertentu untuk memudahkan pengurasan lumpur.
·
Pengurasan lumpur minimal dilakukan setiap 2 - 3
tahun.
Kriteria Perencanaan Biofilter
"Up Flow"
·
Bak biofilter terdiri dari 1 (satu) ruangan atau
lebih.
·
Media filter terdiri dari kerikil atau batu
pecah atau bahan plastik dengan ukuran diameter rata-rata 20 -25 mm , dan ratio
volume rongga 0,45.
·
Tinggi filter (lapisan kerikil) 0,9 -1,2 meter.
·
Beban hidrolik filter maksimum 3,4 M3/m2/hari.
VI. Proses
Pengolahan Dengan Sistem Biofilter Anaerob-Aerob
Proses ini pengolahan dengan
biofilter anaerob-aerob ini merupakan pengembangan dari proses proses biofilter
anaerob dengan proses aerasi kontak Pengolahan air limbah dengan proses
biofilter anaerob-aerob terdiri dari beberapa bagian yakni bak pengendap awal,
biofilter anaerob (anoxic), biofilter aerob, bak pengendap akhir, dan jika
perlu dilengkapi dengan bak kontaktor khlor.
Air limbah yang berasal dari rumah
tangga dialirkan melalui saringan kasar (bar screen) untuk menyaring sampah
yang berukuran besar seperti sampah daun, kertas, plastik dll. Setelah melalui
screen air limbah dialirkan ke bak pengendap awal, untuk mengendapkan partikel
lumpur, pasir dan kotoran lainnya. Selain sebagai bak pengendapan, juga
berfungasi sebagai bak pengontrol aliran, serta bak pengurai senyawa organik
yang berbentuk padatan, sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung
lumpur.
Air limpasan
dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke bak kontaktor anaerob dengan arah
aliran dari atas ke dan bawah ke atas. Di dalam bak kontaktor anaerob tersebut
diisi dengan media dari bahan plastik atau kerikil/batu split. Jumlah bak
kontaktor anaerob ini bisa dibuat lebih dari satu sesuai dengan kualitas dan
jumlah air baku yang akan diolah. Penguraian zat-zat organik yang ada dalam air
limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau facultatif aerobik Setelah
beberapa hari operasi, pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan film
mikro-organisme. Mikro-organisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang
belum sempat terurai pada bak pengendap
Air limpasan dari bak kontaktor
anaerob dialirkan ke bak kontaktor aerob. Di dalam bak kontaktor aerob ini
diisi dengan media dari bahan kerikil, pasltik (polyethylene), batu apung atau
bahan serat, sambil diaerasi atau dihembus dengan udara sehingga mikro
organisme yang ada akan menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah serta
tumbuh dan menempel pada permukaan media.
Dengan demikian air limbah akan
kontak dengan mikro-orgainisme yang tersuspensi dalam air maupun yang menempel
pada permukaan media yang mana hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi
penguraian zat organik, deterjen serta mempercepat proses nitrifikasi, sehingga
efisiensi penghilangan ammonia menjadi lebih besar. Proses ini sering di
namakan Aerasi Kontak (Contact Aeration).
Dari bak aerasi, air dialirkan ke
bak pengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur aktif yang mengandung massa
mikro-organisme diendapkan dan dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi
dengan pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air limpasan (over flow) dialirkan ke
bak khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan dengan
senyawa khlor untuk membunuh micro-organisme patogen.
Air olahan, yakni air yang keluar
setelah proses khlorinasi dapat langsung dibuang ke sungai atau saluran umum.
Dengan kombinasi proses anaerob dan aerob tersebut selain dapat menurunkan zat
organik (BOD, COD), ammonia, deterjen, padatan tersuspensi (SS), phospat dan
lainnya. Skema proses pengolahan air limbah rumah tangga dengan sistem
biofilter anaerob-aerob dapat dilihat pada Gambar III.7.
Gambar III.7 : Diagram proses
pengolahan air limbah rumah tangga (domistik) dengan proses biofilter
anaerob-aerob .
Proses dengan Biofilter
"Anaerob-Aerob" ini mempunyai beberapa keuntungan yakni :
Adanya air buangan yang melalui media
kerikil yang terdapat pada biofilter mengakibatkan timbulnya lapisan lendir
yang menyelimuti kerikil atau yang disebut juga biological film. Air limbah
yang masih mengandung zat organik yang belum teruraikan pada bak pengendap bila
melalui lapisan lendir ini akan mengalami proses penguraian secara biologis.
Efisiensi biofilter tergantung dari luas kontak antara air limbah dengan
mikro-organisme yang menempel pada permukaan media filter tersebut. Makin luas
bidang kontaknya maka efisiensi penurunan konsentrasi zat organiknya (BOD) makin
besar. Selain menghilangkan atau mengurangi konsentrasi BODdan COD, cara ini
dapat juga mengurangi konsentrasi padatan tersuspensi atau suspended solids
(SS) , deterjen (MBAS), ammonium dan posphor.
Biofilter juga berfungsi sebagai media
penyaring air limbah yang melalui media ini. Sebagai akibatnya, air limbah yang
mengandung suspended solids dan bakteri E.coli setelah melalui filter ini akan
berkurang konsentrasinya. Efesiensi penyaringan akan sangat besar karena dengan
adanya biofilter up flow yakni penyaringan dengan sistem aliran dari bawah ke
atas akan mengurangi kecepatan partikel yang terdapat pada air buangan dan
partikel yang tidak terbawa aliran ke atas akan mengendapkan di dasar bak
filter. Sistem biofilter anaerob-aerb ini sangat sederhana, operasinya mudah
dan tanpa memakai bahan kimia serta tanpa membutuhkan energi. Poses ini cocok
digunakan untuk mengolah air limbah dengan kapasitas yang tidak terlalu besar
Dengan kombinasi proses
"Anaerob-Aerob", efisiensi penghilangan senyawa phospor menjadi lebih
besar bila dibandingankan dengan proses anaerob atau proses aerob saja.
Phenomena proses penghilangan phosphor oleh mikroorganisne pada proses
pengolahan anaerob-aerob dapat diterangkan seperti pada Gambar III.8. Selama
berada pada kondisi anaerob, senyawa phospor anorganik yang ada dalam sel-sel
mikrooragnisme akan keluar sebagi akibat hidrolosa senyawa phospor. Sedangkan
energi yang dihasilkan digunakan untuk menyerap BOD (senyawa organik) yang ada
di dalam air limbah. Selama berada pada kondisi aerob, senyawa phospor terlarut
akan diserap oleh bakteria/mikroorganisme dan akan sintesa menjadi polyphospat
dengan menggunakan energi yang dihasik oleh proses oksidasi senyawa organik
(BOD). Dengan demikian dengan kombinasi proses anaerob-aerob dapat
menghilangkan BOD maupun phospor dengan baik. Proses ini dapat digunakan untuk
pengolahan air limbah dengan beban organik yang cukup besar.
Keunggulan Proses Biofilter "Anaerob-Aerob"
Beberapa keunggulan proses pengolahan air limbah dengan
biofilter anaerb-aerob antara lain yakni:
·
Pengelolaannya sangat mudah.
·
Biaya operasinya rendah.
·
Dibandingkan dengan proses lumpur aktif, Lumpur
yang dihasilkan relatif sedikit.
·
Dapat menghilangkan nitrogen dan phospor yang
dapat menyebabkan euthropikasi.
·
Suplai udara untuk aerasi relatif kecil.
·
Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban
BOD yang cukup besar.
·
Dapat menghilangan padatan tersuspensi (SS)
dengan baik.
Gambar III.8 : Proses
penghilangan phospor oleh mikroorganisme di dalam proses pengolahan "Anaerob-Aerob".
SEMOGA BERMANFAAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar